Senin, 18 Januari 2010

Kejujuran VS Kebutuhan

Sejak kecil, sejak TK, sampai kuliah sampai ke pengajian-pengajian dikampung atau dikota..sering sekali kita dengar "kita harus JUJUR".
Apa itu JUJUR? Apakah dalam setiap tindakan harus JUJUR? Apakah kebaikan mesti mengandung unsur JUJUR? lantas apakah saya (kita semua) termasuk orang JUJUR?
sulit untuk menjawab itu semua, karena setiap tindakan khusus'a kesalahan memiliki alasan mengapa kejujuran terpinggirkan.
yang lebih LUCU di jika musim kampanye, semua selogan gak jauh2 dari unsur JUJUR..sepertinya kata jujur yang kita pahamai dan percayai dapat mengalahkan manjur'a obat apapun di muka bumi ini. Seorang pejabat yang bersalah kemudian bersaksi dan bersumpah kemudian memunculkan ekspresi kejujuran dibumbuhi linangan air mata maka akan serta merta membuat hati pendengar, penilai, menikamati adegan2 kejujuran itu.
Adakah kejujuran yang Absolute? kurasa ada....
bila kita diam sejenak, rasakan betapa begitu dekat kejujuran itu dengan kuat'a aliran darah yg mendesir didalam seluruh pembuluh, kita selalu dapat merasakan penolakan yang begitu keras disaat kejujuran dikesampingkan..secara spontan pasti ada rasa penolakan dari dalam..namun kembali lagi apalah daya itu hanya dorongan dari dalam diri yang si user sendiri lah yang tau, sementara orang lain tidak!!
Kemampuan setiap orang untuk mengakomodir rasa jujur dalam diri itu berbeda-beda, tergantung pada apa, dimana dan siapa yg mempengaruhinya.
Sering orang mengabaikan kejujuran hanya karena kebutuhan.
contohnya: seorang mahasiswa(pelajar) rela menipu diri ketika ujian dgn membawa seperangkat jimat alias kopekan, contekan dsb, bila ditanya atau dilakukan survey hampir 100% jawabannya adalah demi nilai. dalam hal ini demi kebutuhan pribadi. itu merupakan satu contoh kecil. Jangan salah kan generasi saat ini baik yang masih muda atau yg sudah tua, yang msh dibangku sekolah atau dibangku dewan...sebagai orang terhormat bila orang tersebut berbohong alias tidak JUJUR. bila kita telusuri jauh ke kehidupan pribadi manusia di negeri ini sebenar'a kita memang sudah terdidik secara sengaja atau tidak untuk selalu tidak JUJUR.
Masih bingung kan?
Begini: "waktu kecil ketika ada tukang tagih kredit datang, ibu selalu lari kebelakang dan berpesan pada anak'a untuk bilang ke tukang kredit bahwa ibunya sedang pergi kerumah nenek"
"Ketika ada telephone yang mencari ayah, ayah berpesan bilang ayah sedang ikut pengajian"
Jadi dari dalam rumah saja seorang anak sudah diajarkan untuk tidak JUJUR pada diri sendiri, keluarga, bahkan orang lain.
Akibat'a di usia sekolah sianak yg dididik dan dilatih untuk bohong tersebut mulai menerapakan ilmu yg diturunkan oleh ibu dan Bapak'a td. ketika diberi uang sekolah (SPP) maka uang tersebut ditileb bila ditanya sudah dibayar...bila ketahuan bilang saja saya KHILAF dan urusan selesai...
Saat sekolah demi kebutuhan mengikuti zaman sianak tadi minta dibelikan Sepeda Motor karena jika naik sepeda angin terlalu capek, bila naik bus/bis sering ketiduran sehingga sekolah sering kelewatan, padahal memang sianak demen cabut sekolah. demi kasih sayang siayah pun membelikan sepeda motor, tapi tetep aja anak badung membolos, bila dtg surat peringatan lgsg sianak bilang ya saya salah ayah....
Begitulah awal kebohongan dinegeri ini menjadi subur & makmur.......
KORUPTOR pun demikian, dia KORUP karena kebutuhannya yang berlebihan atau dia memang seoarang anak yg dulu'a sudah dilatih dan digembleng sedemikian rupa baik'a utk berbohong....
Jadi Jika ingin negeri ini bebas dari kebohongan mulai lah dari keluarga kita masing2..jgn ajarkan kebohongan baik sengaja atau tidak kepada anak. karena sianak lah yg akan meneruskan kebohongan yg lebih hebat lagi untuk kebutuhan dan ketololannya.


Salam,

Rudianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar